Nama : Nurfitri Zaleha Amma
NPM : 16513661
Kelas : 1PA06
NPM : 16513661
Kelas : 1PA06
Tidak cuma di Indonesia, negeri Jepang yang super canggih pun mengenal adanya "mitos".
Berikut beberapa mitos di negara Jepang.
1. Tabeta ato, sugu yoko ni naruto, ushi ni naru!
Arti dari kalimat di atas adalah: "Kalau habis makan langsung rebahan bisa jadi sapi!" kutukankah??
Arti dari kalimat di atas adalah: "Kalau habis makan langsung rebahan bisa jadi sapi!" kutukankah??
Saat ini, meski zaman telah modern, banyak orang tua Jepang yang masih
memperingati anaknya dengan kata-kata seperti di atas. Secara jelas alasan
kenapa kata-kata ini dipakai tidak diketahui. Tapi jika dianalisa, zaman dahulu
Jepang berbeda dengan zaman sekarang yang serba canggih, mereka dulu harus
bekerja keras agar dapat hidup (terutama setelah pemboman Nagasaki &
Hiroshima). Agar anak-anak bersedia membantu orang tua bekerja di ladang,
mereka selalu mengatakan "Tabeta ato, sugu yoko ni naruto, ushi ni
naru!" (Kalau habis makan langsung rebahan bisa jadi sapi!)
Sedangkan di zaman sekarang kenapa orang tua masih menyampaikan kepercayaan ini pada anak-anaknya ialah karena mereka ingin memperingati bahwa:
" Tidak sopan - sikap buruk, jika setelah makan langsung rebahan"
Sedangkan di zaman sekarang kenapa orang tua masih menyampaikan kepercayaan ini pada anak-anaknya ialah karena mereka ingin memperingati bahwa:
" Tidak sopan - sikap buruk, jika setelah makan langsung rebahan"
2. Hinakazari wo hayakushimawanaito, yome ni ikiokureru.
Arti dari kalimat di atas adalah: "Kalau hiasan boneka `hina` tidak segera disimpan, bakalan telat nikah."
Seperti kita ketahui, setiap tanggal 3 Maret Jepang menyelenggarakan perayaan "Hina Matsuri". Maksud dari perayaan ini adalah sebagai ucapan terima kasih kepada sang pencipta karena telah memberikan anak perempuan. Selain itu tujuan upacara ini adalah meminta keberkahan kesehatan untuk anak perempuan mereka.
Pada perayaan Hina Matsuri setiap keluarga yang memiliki anak perempuan, sejak bulan Februari harus memajang boneka "Hina" di ruangan tengah, yang terdiri dari pasangan putri dan pangera disertai para dayang dan pengawalnya. Pajangan boneka Hina ini, harus segera disimpan atau dirapihkan jika telah lewat dari tanggal 3 Maret. Apabila tidak segera dirapihakn untu disimpan, mereka percaya bahwa si anak perempuan tersebut akan telat menikah nantinya.
Jika dilihat dari rata-rata umur menikah orang Jepang saat ini yang
berkisar diatas 30 tahunan, mereka percaya salah satu penyebabnya adalah
"Hinakazari wo hayakushimawanaito, yome ni ikiokureru" (Kalau hiasan
boneka `hina` tidak segera disimpan, bakalan telat nikah)
3. Shitewa ikenai koto
Shitewa ikenai koto artinya sesuatu hal tidak boleh dikerjakan. Dalam kepercayaan Jepang, ada beberapa hal yang tidak boleh dikerjakan seseorang karena mengandung firasat buruk, diantaranya:
Shitewa ikenai koto artinya sesuatu hal tidak boleh dikerjakan. Dalam kepercayaan Jepang, ada beberapa hal yang tidak boleh dikerjakan seseorang karena mengandung firasat buruk, diantaranya:
Tidak boleh menyuguhkan makanan
dengan jumlah empat (4) buah. kayak ini kali maksudnya
Angka empat (4) dalam bahasa jepang selain dibaca `Yon` juga dibaca `Shi`. Kata `Shi` sendiri berarti "kematian". Berdasarkan hal tersebut, jika kita menyuguhkan kue dengan jumlah empat, maka seolah kita mengundang kematian. Orang yang memakannya akan segera meninggalkan dunia fana.
Angka empat (4) dalam bahasa jepang selain dibaca `Yon` juga dibaca `Shi`. Kata `Shi` sendiri berarti "kematian". Berdasarkan hal tersebut, jika kita menyuguhkan kue dengan jumlah empat, maka seolah kita mengundang kematian. Orang yang memakannya akan segera meninggalkan dunia fana.
About Unknown
Immersed in the wonders of the Words.
0 komentar:
Posting Komentar